Thursday, March 6, 2008

Perhelatan Santri Digital


Pesantren yang selama ini identik dengan “kaum sarungan”, pada hari Sabtu (01/03), menggeliat mengejar ketertinggalan, terutama dalam bidang Teknologi Informasi. Selama satu hari penuh, para santri dari berbagai pondok pesantren dilatih menguasai Internet. Pelatihan dihelat atas kerjasama LP2ES dengan Mathla’ul Anwar dan Hidayatullah Kalimantan Barat bertajuk “Santri Digital”.
“Santri yang selama ini identik sebagai kaum sarungan, selayaknya mengikuti perkembangan jaman. Perkembangan teknologi Internet hendaknya dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin oleh para santri,” ujar Ir. H. Zulfadhli, pimpinan Mathlaul Anwar dalam kata sambutannya membuka pelatihan Santri Digital.
Pelatihan Santri Digital juga dirangkai dengan talkshow yang mengangkat tema “Internet sebagai media da’wah”. Ada 3 pembicara yang bergantian memaparkan materi. Diawali Zulfadhli yang mengurai benang merah manfaat Internet dalam kesehariannya. “Saya mengetahui meninggalnya Gito Rollies ya dari Internet,” kata Zulfadhli. Tak ayal, hampir sebagian kebutuhan informasinya disandarkan kepada Internet. “Makanya kalau Internet macet, pekerjaan saya menjadi terhambat.”
Dengan mantap, Zulfadhli yang juga ketua DPRD Kalimantan Barat mengundang masyarakat luas untuk mengakses situs DPRD sekaligus memberi masukan kepada wakil rakyat. “Ini semua harus dimanfaatkan, karena tidak semua DPRD di Indonesia punya situs Internet,” urai Bang Zul, sapaan akrabnya.

Prof. H. Abdul Hamid, sebagai pembicara selanjutnya memaparkan perjuangannya dalam menjaga kelangsungan buletin da’wah Salam. “Selama 8 tahun, buletin Salam hadir sebagai media da’wah yang konsisten,” kata Hamid. Sekalipun libur atau tengah dinas ke luar kota, Hamid berusaha tetap menulis untuk buletin Salam. “Istiqomah itulah kata kuncinya. Alhamdulillah, buletin Salam berhasil bertahan hingga sekarang, bahkan berkembang versi online-nya di Internet,” ujar guru besar pertama fakultas Teknik Untan ini.
Talkshow ditutup dengan paparan materi yang disampaikan Manager Speedy, Bheri yang mewakili pihak Telkom. Dengan lugas Bheri menganalogikan teknologi, terutama Internet seperti pisau. Pisaunya sendiri netral, yang memegangnyalah kuncinya. Apakah ibu rumah tangga, yang memanfaatkan sebagai pisau dapur atau preman yang berbuat kriminal. “Kami sendiri sebagai penjual pisau tidak dapat memilih, menjualnya ke ibu rumah tangga atau preman,” lugas Beri yang baru dua bulan menginjakkan kaki di Pontianak. “Tapi saya percaya, benteng yang paling kokoh adalah iman. Saya berharap dari pelatihan ini dapat menghasilkan suatu yang positif,” ujarnya.
Usai talkshow, Zulfadhli bersama panitia meninjau tempat pelatihan sekaligus menyarankan agar pelatihan Internet juga digelar untuk para ustadz. “Masak ustadz kalah dengan santrinya,” ujarnya sambil tersenyum.
Ketua Panitia, Endih Supandih SE, berharap kegiatan serupa dapat terus bergulir dan membesar. “Semoga Lembaga Penelitian Pengembangan Ekonomi dan Studi (LP2ES, red), dapat terus bersinergi dengan berbagai pihak melaksanakan kegiatan-kegiatan berikutnya,” harap pria murah senyum ini.
Tidak lupa Endih, mewakili panitia, mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Telkom Speedy, Bank Kalbar, Pemprov Kalbar, DPRD Provinsi, Depag, Pontianak Post, Ruai TV, Borneo Tribune, BERKAT dan Khatulistiwa TV yang mendukung terlaksananya kegiatan ini.